Menanggapi Ajakan Minum-minum

Ajakan minum-minum atau nomikai rasanya adalah suatu keniscayaan yang akan kita hadapi ketika kita tinggal di Jepang. Nomikai memang tidak bisa dipisahkan dari budaya Jepang. Bagi orang Jepang, nomikai merupakan sarana untuk melepas lelah dan bergaul dengan leluasa. Hampir semua acara pertemuan disandingkan dengan nomikai, sebagai contoh: pesta akhir tahun, acara penyambutan murid baru di lab, acara kelulusan, acara perpisahan, dan bahkan acara santai semacam camp bersama teman lab pun kemungkinan besar akan ada acara nomikai malamnya. Contoh-contoh ini nyata dan berasal dari pengalaman saya sendiri, yang akan saya ceritakan lebih lengkap di bawah.

Menurut cerita yang saya dengar dari mereka yang pernah menghadiri nomikai, orang Jepang biasanya lebih ceria, terbuka, dan mudah bercanda jika mereka berada dalam keadaan sedikit mabuk. Itulah mengapa nomikai bagi mereka (orang Jepang) adalah cara untuk mingle dengan kolega-kolega mereka.

Lalu, bagaimana sikap kita sebagai seorang Muslim?

Hmm, memang sih membicarakan nomikai ini rasa-rasanya agak sensitif >_< Saya yakin pasti banyak di antara teman-teman yang sebetulnya merasa jengah jika harus kumpul-kumpul dengan mereka yang minum-minum. Tapi karena merasa nggak enak menolak ajakan teman lab, sensei, atau bos, jadi terpaksa datang. Padahal di hati ada perasaan risau dan nggak nyaman. Tidak apa-apa, jika teman-teman sudah merasa risau, itu pertanda bagus, artinya solat teman-teman tidak sia-sia 🙂 Karena solatlah yang mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, dan solat juga yang membedakan orang muslim dan orang kafir.

Disebutkan dalam sebuah riwayat:

“Barang siapa yang menjaga sholat maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan di Hari Kiamat, dan barang siapa yang tidak menjaga sholatnya maka dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan, dan pada Hari Kiamat dia akan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.”(Diriwayatkan oleh Ahmad, Ath-Thabarani dan Ibnu Hibban dengan sanad yang baik, jayyid.)

Perasaan risau ketika merasa sudah melakukan dosa itulah ‘cahaya’ yang Allah janjikan 🙂

Mengenai bagaimana hukumnya dalam Islam, karena saya bukan ahli fiqh, pertama-tama, silakan baca di tautan berikut ini mulai halaman 11.

Dari artikel di atas, sudah jelas yaaa dapat disimpulkan bahwa haram hukumnya bagi seorang muslim menghadiri acara di mana disediakan minuman keras di acara tsb.

Tips menghindarinya

Saya sendiri pun tak luput dari undangan menghadiri acara serupa. Dari awal saya datang ke Jepang, saya sudah diajak nomikai sebagai penyambutan mahasiswa baru. Sebenarnya saat pertama saya datang ke sini, saya belum pernah baca artikel di atas. Jadi saat itu saya cuma bertanya-tanya ke senior yang sudah lebih dulu berada di Jepang, bagaimana sikap mereka saat diajak nomikai. Di antara  yang saya tanya ada yang tetap datang namun tidak minum, ada pula yang bilang datang di awal tapi  pas mereka mulai minum-minum pamit duluan.

Saya sendiri saat ajakan pertama itu, saya menolak datang dengan cara yang halus, begini caranya. Jadi sebelum menentukan tanggal, panitia acara meminta calon peserta acara untuk mengisi voting online waktu-waktu di mana kami kosong. Simpel saja, dari hasil voting online tersebut, akan dipilih waktu yang paling banyak pemilihnya. Ketika itu, saya bilang ke panitianya, “Karena saya nggak bisa minum-minum, tidak perlu menunggu voting dari saya.” Tapi saya TIDAK bilang “Saya akan ngikut hasil terbanyak.” Kemudian ketika hasil voting telah keluar, saya bilang “Wah mohon maaf saya sudah ada acara pada waktu tersebut” dan lalu saya mencari-cari hal yang bisa saya lakukan pada waktu tsb supaya saya nggak bohong 😀 (Boleh disontek lho cara ini 😀 )

Saya memutuskan untuk speak up

Lambat laun mereka tidak pernah lagi mengajak saya ke acara nomikai. Saya pun mulai merasa tenang 😀 Sampai suatu ketika, lab saya mengadakan acara camp rutin setiap musim panas. Di acara camp ini, semua anggota lab saya plus sensei akan menginap di cottage atau ryokan di pedesaan Jepang. Akan ada acara belajar bersama, diskusi, dan juga acara santai-santai seperti main kembang api dan jalan-jalan di sekitar ryokan. Saya sendiri sebenarnya sangat menikmati acara camp ini, karena saya jadi ada alasan untuk jalan-jalan ke daerah Jepang yang lebih tenang dan melihat pemandangan pengunungan, sawah, sungai, maupun pedesaan yang jarang bisa saya lihat sehari-hari. Dan juga kegiatan diskusi menjadi tidak bosan dengan adanya suasana baru.

Camp ini berlangsung selama 3 hari 2 malam dan jadwal acara baru dibagikan saat hari H. Siang hari selalu digunakan untuk belajar, dan malam hari selalu digunakan untuk acara santai. Malam pertama jadwalnya adalah main kembang api, dan malam kedua jadwalnya adalah…bisa ditebak, nomikai.

Nah loh, bingung kan saya. Kalau saya lagi nggak berada di tempat yang sama dengan mereka saya sih bisa menghindar dengan bilang ada acara lain seperti yang udah saya ceritain di atas. Tapi ini keadaannya saya kan berada di atap yang sama dengan mereka, mau menghindar ke mana saya? >_<

Saat itulah saya mendapat artikel yang saya berikan link-nya di atas. Alhamdulillah ya artikel itu datang di saat yang tepat. Setelah membaca artikel itu, saya pikir sudah tidak perlu lagi saya mencari-cari alasan untuk menghindari acara nomikai. Just ‘simply’ because I am a Muslim, I don’t attend an event where alcoholic drinks are served. Saya benar-benar merasa sudah saatnya saya speak up sekaligus memberikan pernyataan jelas kepada teman-teman lab saya, orang seperti apa saya.

Akhirnya sebelum malam di mana nomikai itu tiba, saya bilang ke teman-teman lab saya, “Mohon maaf ya saya nggak ikut kumpul-kumpul malam ini. Sebetulnya, saya tidak boleh menghadiri acara yang ada minuman kerasnya.” Tentu saja mengumpulkan nyali untuk bilang ini tidak mudah, namun jawaban teman-teman lab benar-benar membuat saya lega. Ternyata mereka menanggapi pernyataan saya simpel aja, “Oh ya? Wah maaf banget ya kami nggak tau. Terus kamu mau ngapain sekarang?” Saya bilang saja, “Nggak apa-apa kok, saya di kamar aja.” Lalu mereka bilang lagi, “Oh ya udah kalo gitu. Tapi kamu nggak apa-apa sendirian? Selamat tidur ya.”

Udah. Beres.

Ternyata sesimpel itu aja yang harus kita lalui untuk menghindari acara nomikai. Tinggal bilang kita nggak bisa hadir, kemudian tinggal masuk telinga kanan keluar telinga kiri apa pun tanggapan mereka >_<

Beberapa hal yang menjadi penguat saya

Mungkin banyak di antara temen-temen yang baca ini yang bilang saya berani banget ngomong gitu di depan semuanya. Pertama-tama, tentu saja alhamdulillah, laa haulaa wa laa kuwwata illa billah. Hanya Allah pemberi kekuatan. Dan sebenernya sebelum saya bilang itu saya pun deg-degannya ampun-ampunan kok >_< Banyak yang saya pikirin sebelum akhirnya saya memutuskan udahlah biarin aja dianggap aneh, pokoknya saya nggak mau dateng ke acara nomikai dan saya harus bilang itu. Mungkin alasan-alasan di bawah ini bisa dijadikan inspirasi oleh teman-teman semua.

Satu. Kita mulai dari yang sederhana dulu. Jika kita menghadiri nomikai, kita harus patungan untuk konsumsinya. Patungan ini biasanya berkisar antara 3000-5000 yen. Dan bisa ditebak ke mana sebagian besar uang itu dipakai? Ya beli minuman keras. Bayangin kita bayar 3000 yen tapi cuma bisa minum jus padahal jus itu bisa dibeli di mini market harganya 100 yen-an sekotak. Rugi banget kan >_<

Lagipula disebutkan juga dalam sebuah riwayat

“Rasulullah s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerasnya, (2) yang minta diperaskannya, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)

(Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/10/10/minuman-keras-dan-narkoba-arakkhamar-itu-haram/)

Jadi, sudah jelas juga jangan sampai uang kita digunakan untuk membeli minuman keras. Pokoknya jangan deket-deket dan jangan berhubungan deehh sama minuman keras >_<

Dua. Di akhirat nanti kita akan mempertanggungjawabkan amal perbuatan kita di dunia SENDIRIAN. Ya, sendirian. Nggak akan ada temen-temen lab dan sensei kita yang akan belain kita karena udah ngajak kita ke acara nomikai >_< Impact dari ketidakikutan saya dalam nomikai ini sih nyata banget, saya dan temen-temen lab saya jadi nggak terlalu dekat dan nggak kayak temen banget. Tapi ya sudahlah, saya mengambil resiko nggak terlalu deket dan nggak punya temen daripada saya harus mendapat dosa yang sama seperti minum-minum (dengan menghadiri acara nomikai) hueee takut bangeett. Yang pasti, kita masih bisa kok berbuat baik sama temen-temen lab. Insya Allah kita ga akan dicap buruk hanya karena nggak ikut nomikai 🙂 Kalo dicap aneh sih…sudah biasa hehehe

Sikap positif orang Jepang

Alhamdulillah bangeettt setelah saya bilang kalo saya sebenernya nggak bisa menghadiri acara nomikai, ternyata temen-temen lab dan sensei saya sangat-sangat menerima kok. Saya tidak tahu apakah saya bisa men-generalisasi atau nggak tapi orang Jepang itu sangat toleran terhadap kepercayaan yang kita anut. Kalau kita sudah bilang saya nggak makan ini atau itu, mereka nggak akan mengganggu gugat. Kemudian mereka akan konsisten membantu kita menghindari apa yang nggak bisa kita makan itu. Ini yang membuat saya benar-benar kagum sama orang Jepang. Kalau sudah mengetahui suatu peraturan, mereka pasti akan menjalaninya.

Berikut ini, saya mau cerita pengalaman saya lagi setelah saya speak up.

Tahun ini tibalah juga saatnya acara perpisahan saya dengan lab saya, karena masa studi saya telah selesai. Acara perpisahan ini juga rutin tiap tahun dan tahun-tahun lalu selalu diadakan di izakaya a.k.a bar-nya orang Jepang. Tahun-tahun sebelumnya saya tidak pernah ikut, tapi tahun ini tidak mungkin kan saya tidak ikut padahal saya yang diperpisahkan?

Akhirnya saya coba komunikasikan kebimbangan saya tentang acara perpisahan ini ke salah satu lab member saya. Tersebutlah seorang temen cewek berinisial W-san, orang Jepang. Saya bilang, “W-san, saya kan ga bisa ikutan acara nomikai. Kalo nanti perpisahan ada acara nomikainya, mohon maaf lagi ya saya tidak bisa ikut. Tapi saya tetep pengen ada acara perpisahan sama temen-temen lab. Apa di waktu lain saya masak-masak aja trus kita makan-makan di lab?”

Ternyata oh ternyata, alhamdulillah W-san nya bilang gini, “Oh tenang aja Nadine-san, kita ga akan ngadain di izakaya kok. Malah kita mau ngadain di Ali’s kebab (salah satu restoran halal di Tsukuba). Gimana?”

Jelas saja saya sangat berterima kasih, tapi FYI, tidak semua resto halal bebas alkohol, dan di Ali’s kebab ini tetap disediakan alkohol walaupun resto halal. Jadi saya bilang ke W-san lagi, “Wah iya terima kasih banget kalo mau ngadain di Ali’s kebab. Tapi nanti kalau sudah mau mulai acara minum-minumnya saya pulang duluan ya.”

Dan W-san nya malah bilang lagi, “Oh ga apa2 kok, Nadine-san. Nanti ga akan ada minum-minum.”

Dan benar saja, alhamdulillah acara perpisahan untuk saya (dan mahasiswa tahun terakhir lainnya) telah terlaksana bulan Februari lalu, dan berhasil dilalui tanpa ada acara minum-minum.

Begitulah orang Jepang, mereka sangat mudah untuk patuh terhadap peraturan. Bahkan dalam kondisi acara perpisahan kemarin ini, mereka semua mau mengalah terhadap kebutuhan saya atau hal yang saya anut meskipun saya hanya satu orang di antara mereka >_<

Yang penting adalah komunikasi bukan kompromi

Jadi ternyata, setelah saya memberanikan diri menolak ajakan-ajakan nomikai dari mereka, saya jadi menyadari bahwa ketakutan atau perasaan nggak enak nolak itu murni hanya asumsi kita saja.

Sebagai muslim kan kita memiliki peraturan yang tidak bisa dikompromikan, namun, jika kita sudah berusaha meng-komunikasikan dengan baik, insya Allah mereka pasti akan menerima dan bahkan membantu kita mematuhi peraturan itu lho.

Tetapi ketika sedang berusaha mengkomunikasikan, usahakan ada alternatif dari kita, sehingga menunjukkan bahwa kita tak hanya ingin dimengerti, tapi yuk sama-sama bikin acara yang saya bisa ikut dan mereka pun bisa menikmati. Misalnya kasus saya tadi ketika menawarkan untuk memasak di acara perpisahan. Jika sudah demikian, mereka pasti juga akan melihat usaha kita untuk mendekat ke mereka.

Semoga temen-temen semua juga diberikan kemudahan dan kemantapan hati untuk bisa selalu menjalankan syariat-Nya meskipun sedang menjadi kaum minoritas, ya. Aamiin 🙂

Advertisement

2 thoughts on “Menanggapi Ajakan Minum-minum

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: