Sebelum bercerita mengenai dokter kulit, saya mau bercerita sedikit mengenai pelajaran bahasa Jepang yang saya terima di sini.
Seperti sudah saya bahas sekilas di postingan sebelumnya, selama 6 bulan ini saya mendapat kelas intensif bahasa Jepang. Nah kalau biasanya kursus bahasa Jepang di Indonesia (sepengalaman saya), kita ‘hanya’ belajar grammar, vocabulary, dan kanji, lain halnya dengan kelas bahasa Jepang yang saya dapat di sini. Selain belajar hal-hal di atas, terdapat juga bab khusus mengenai ‘penggunaan ungkapan-ungkapan bahasa Jepang dalam aplikasi kehidupan sehari-hari’. Keren kan kedengerannya? 😀
Pada bab ini, kami biasanya diperlihatkan video yang berisikan film singkat penggunaan ungkapan tersebut yang diperankan oleh orang Jepang dan orang asing yang ceritanya lagi belajar di Jepang. Pada video ini, terdapat beberapa pilihan, yaitu ungkapan dalam situasi formal dan kasual. Jadi kami bisa melihat dan mempelajari bagaimana jika menghadapi kedua situasi tersebut. Dan tak hanya menonton video, kami juga mempraktekkan dialog-dialog tersebut di kelas.
Contoh-contoh peristiwa yang sudah saya pelajari sejauh ini antara lain bagaimana memesan makanan di restoran, bagaimana meminta barang yang sesuai keinginan di departemen store, bagaimana memesan buku di toko buku, bagaimana cara menanyakan dan memberi tahu letak suatu tempat, bagaimana jika kehilangan suatu barang di suatu tempat, dan lain-lain. Dan tentu saja, yang mau saya bahas di sini, bagaimana cara ke rumah sakit atau ke dokter dan membaca keterangan dalam resep obat.
Mungkin hal-hal di atas terlihat sepele dan mungkin juga ada yang berpikir, ah kalau sudah mengerti grammar-grammar dasar, pasti juga bisa kok melakukan tanpa diajari secara langsung seperti ini. Tapi tidak halnya jika kamu sudah berada di Jepang. Semua terasa begitu berbeda.
Bagi saya yang majornya bukan bahasa Jepang dan hanya mempelajari bahasa Jepang melalui kursus bahasa di Indonesia, pertama kali saya datang ke Jepang, ternyata tidak semudah itu mengaplikasikan grammar dasar yang sudah dipelajari ke kehidupan sehari-hari di sini. Ternyata banyak sekali ungkapan yang (saat itu) belum pernah saya pelajari sepanjang sejarah saya belajar bahasa Jepang (kayak udah lama aja belajarnya 😛 ) Dan saya benar-benar merasakan manfaat belajar ungkapan sehari-hari tersebut saat saya mengalaminya langsung di sini.
Jadi ceritanya sudah sebulan ini kaki saya gatal-gatal. Ada satu bagian yang paling gatal dan sepertinya tidak sengaja saya garuk hingga luka. Kemudian luka tersebut saya olesi minyak tawon karena sepengalaman saya minyak tawon bisa menyembuhkan hampir semua penyakit kulit. Akhirnya luka tersebut mengering dan membentuk koreng. Lama kelamaan koreng tersebut mengelupas dengan sendirinya dan membentuk bagian kulit yang agak tipis dibanding bagian yang tidak ada korengnya (kebayang ga sih?).
Saat itu terjadi, saya senang karena saya pikir akhirnya kaki saya sembuh juga. Tapi tidak disangka-sangka dua hari yang lalu, bekas luka tersebut kembali mengeras dan membentuk permukaan kasar. Dan lebih parah lagi, tangan saya sekarang ikut gatal-gatal 😦
Ah sudahlah ini tak bisa dibiarkan seperti ini terus, pikir saya. Sudah sebulan tidak sembuh-sembuh dan makin parah sudah saatnya meminta pertolongan ahlinya. Akhirnya kemarin saya berniat ke klinik kampus hari ini setelah kelas bahasa Jepang. Namun karena saya belum pede harus menerangkan penyakit saya ini dalam bahasa Jepang, saya minta tolong kak Nagisa menemani saya. Kak Nagisa ini sama-sama penerima beasiswa Monbusho G2G dan berangkatnya juga bareng saya, tapi jurusannya bahasa Jepang, jadi tidak perlu diragukan lagi kemampuan bahasa Jepangnya 🙂
So, pergilah kami ke klinik kampus sore ini jam 3 setelah kelas bahasa Jepang. Sesampainya di klinik, kak Nagisa menanyakan ke uketsuke (resepsionis), kalau gatal-gatal, harus pergi ke dokter mana. Ternyata dokter umumnya klinik lagi libur sampai hari ini, hahaha, ga jodoh banget saya sama dokternya. Jadi besok baru terima pasien lagi. Terus sama uketsuke-nya kami diberitahu klinik khusus kulit yang sangat dekat dengan kampus, bahkan kami diberi peta menuju ke sana. Begitu melihat petanya, saya takjub sendiri, ga nyangka ternyata banyak kanji yang sudah bisa saya baca dan saya bisa memahami peta tersebut dengan baik 😥 Terharu…
Dan pergilah kami ke klinik kulit tersebut yang memang terletak sangat dekat dengan kampus. Oya, klinik kulit ini dalam bahasa Jepang disebut ‘hifuka’ yang kanjinya ada di judul postingan ini (皮膚科).
Sampai di hifuka, kami disambut kembali di uketsuke, dan kalimat pertama yang diucapkan kak Nagisa, benar-benar sama persis dengan yang saya pelajari di kelas >_< “Kami baru pertama kali datang, harus bagaimana ya?” Sebenarnya dalam bahasa Jepang cuma “hajimete nan desu kedo…” kemudian biarkanlah kalimat tersebut menggantung, hahaha…
Dan seperti yang dialami si pemeran dalam video yang saya tonton di kelas, saya juga disuruh mengisi form bagi pasien yang baru pertama datang. Dari form ini kemudian kami akan dibuatkan kartu pasien klinik kulit ini. Kemudian saya diminta menunjukkan kartu asuransi kesehatan (hokenshou) yang sudah saya buat pada minggu pertama saya tiba di Jepang. Dengan kartu asuransi ini, kita hanya perlu membayar 30% dari biaya asli berobatnya. Alhamdulillah…
Kemudian resepsionisnya meminta saya untuk menunggu di kursi ruang tunggu yang tersedia. Sekitar 30 menit kemudian, nama saya dipanggil. Aaa..benar-benar seperti di video yang saya tonton di kelas, haha. Saya jadi excited sendiri.
Masuk ke ruang dokter, saya mencoba menjelaskan sendiri tanpa bantuan kak Nagisa. Saya bilang tangan dan kaki saya gatal-gatal. Yang kaki sudah gatal dari sebulan lalu, sedangkan yang di tangan baru dua hari yang lalu. Kemudian kak Nagisa menambahkan, kira-kira gatalnya kenapa ya dok, apa karena alergi, atau terkena kutu.
Kemudian dokter menjelaskan analisisnya dalam bahasa Jepang. Namun ada yang istimewa dari dokter ini. Selagi menjelaskan, beliau juga menuliskan penjelasannya tersebut dalam bahasa Inggris di secarik kertas, dan hebatnya, tulisannya bisa dibaca! >_<
Wow, ternyata sebagian penjelasan dokter bisa saya mengerti selagi mendengarkan sekaligus membaca terjemahannya. Namun tetap ada juga sebagian informasi yang ditambahkan oleh kak Nagisa. Wah senang sekali rasanya ternyata saya sudah bisa juga pergi ke dokter tanpa benar-benar blank dengan penjelasan dokternya 🙂 Ternyata kata dokter ini bukan karena kutu atau jamur, tapi kemungkinan karena kering, jadi gatal lalu digaruk, akhirnya lapisan kulitnya menebal dan kasar.
Setelah itu saya membayar biaya konsultasi dokter lalu pergi ke apotek (yakkyoku) yang terletak di gedung yang sama dengan hifuka. Di apotek saya ditanya apakah punya ‘kusuri techou’ alias ‘catatan obat’. Wah apa ya kusuri techou itu? Kak Nagisa juga ga tau, akhirnya saya bilang saja belum punya. Dan saya diminta mengisi form yang menanyakan riwayat penyakit yang pernah saya derita. Mungkin kusuri techou itu catatan obat-obat yang pernah kita gunakan selama ini kali ya.
Tidak lama kemudian saya pun diberikan salep dan dijelaskan cara menggunakannya. Wah ternyata hal ini pun sudah pernah saya pelajari di kelas jadi Alhamdulillah saya sudah tidak asing dengan beberapa istilahnya dan bisa memahami penjelasan mbak-mbak apoteknya dengan baik 🙂
Ini bungkus obatnya. Menurut tulisan di covernya ini obat luar, dipakainya 2 kali sehari dengan cara dioleskan. Hiks, tapi nulis namanya salah, padahal waktu ngisi formnya saya udah nulis katakana-nya juga lho 😦
Yeay, Alhamdulillah hari ini saya memperoleh skill baru yaitu pergi ke dokter. Senang sekali rasanya jika apa yang kita pelajari di kelas benar-benar bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata memang benar ya, cara terbaik mempelajari suatu bahasa adalah dengan merasakan tinggal di negara yang menggunakan bahasa tersebut 🙂
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?
One thought on “初めて皮膚科に行った (Pertama Kali ke Dokter Kulit)”