Sebagai penggemar berat Harry Potter, tentunya film terbaru produksi J.K. Rowling ini sudah saya tunggu-tunggu sejak tanggal penayangan perdananya diumumkan. Sekitar seminggu sebelum tanggal yang diumumkan tersebut (16 November 2018), saya mendapat info dari suami bahwa pada tanggal 14 November, bioskop-bioskop di kota tempat kami tinggal sudah akan menayangkannya untuk pertama kalinya. Saya juga sebenarnya agak bingung kenapa bisa ditayangkan dua hari lebih awal dari tanggal resmi yang tertera di sosial media Fantastic Beasts (FB), tapi kami akhirnya memutuskan menonton pada tanggal 14 November tersebut. Alhamdulillah ada yang bisa menjaga anak di rumah selama kami pergi 🙂
Kebetulan suami punya satu tiket gratis menonton di bioskop CGV. Kami pun berencana menonton di sana. Namun sayangnya di CGV sini belum ada bioskop 3d maupun 4Dx3D. Maka kami hanya menonton di bioskop 2D.
Singkat cerita, tiga hari setelahnya saya ada keperluan ke Jogja bersama anak. Suami tidak ikut. Di Jogja saya menginap di rumah orang tua saya. Nah, di Jogja ada bioskop 4Dx3D, dan saya pun tergugah untuk menonton kembali. Kebetulan saya belum pernah menonton di bioskop 4Dx3D, dan setelah saya pikir-pikir, tidak ada film lain yang ingin saya tonton dengan efek 4Dx3D ini selain film FB. Akhirnya saya memutuskan untuk nonton sekali lagi, dan kali ini di bioskop 4Dx3D.
Saya memesan tiket menggunakan aplikasi. Karena menonton sendirian dan memesan tiket cukup awal, saya bisa mendapat tiket yang cukup di atas dan tengah. Setelah memesan tiket menggunakan aplikasi, kita tinggal datang ke bioskop lalu mencetak sendiri tiket kita di mesin self-ticketing. Oh ya, tiket bioskop 4Dx3D ini di Jogja dibanderol dengan harga Rp 80.000,00 untuk hari Senin, dan Rp 90.000,00 untuk hari lainnya.
Setelah pintu teater dibuka, kami dipersilakan mengambil kacamata, dan seperti ini tata tempat duduk di dalam teater 4Dx3D-nya.

Teater saat itu lumayan penuh karena saya menonton di hari Senin (yang harga tiketnya lebih murah) dan besoknya, hari Selasa, merupakan tanggal merah. Saya perhatikan banyak penonton yang sepertinya baru pulang kerja atau pun mahasiswa-mahasiswa yang baru pulang kuliah langsung ke bioskop.
Saya pun iseng-iseng mengobrol dengan penonton di sebelah saya. Saya bertanya apakah mereka pernah menonton di 4Dx3D juga sebelumnya, karena saya ingin tahu seberapa parah efek guncangan yang disajikan. Ternyata mereka pun baru pertama akan menonton di teater 4Dx3D sama seperti saya.
Tidak lama kemudian, lampu di dalam teater dipadamkan dan di layar diputar beberapa trailer film yang akan tayang di bioskop. Setelah beberapa trailer selesai ditayangkan, ditampilkan peraturan-peraturan menonton di bioskop seperti biasa, lalu setelah itu ada yang istimewa.
Apakah dia…
Ternyata penonton diberikan simulasi 4Dx3D dulu sebelum film benar-benar ditayangkan. Di simulasi singkat ini, kami jadi bisa tahu separah apa guncangan yang mungkin terjadi, serta efek-efek lain yang ditawarkan. Saya pun merasa lega karena saya jadi bisa siap-siap atau berekspektasi terhadap efek dari film sebenarnya.
Dan film pun dimulai. Selain merasa seperti benar-benar berada di lokasi film layaknya menonton di teater 3D, di teater 4D ini kami juga serasa ikut bergerak dengan tokoh-tokoh di filmnya. Sebagai contoh, saat kamera menyorot pemandangan dari atas, lalu bergerak dari atas ke bawah, kursi juga bergerak memberikan efek serupa sehingga penonton juga merasa seakan-akan terbang. Selain itu, saat kamera bergerak miring atau sang aktor terjatuh dari ketinggian, maka penonton pun merasakan yang sama. Bahkan botol minum yang saya taruh di tempat minuman di lengan kursi sampai hampir jatuh karena guncangannya.
Selain itu tentu saja ada efek lain, seperti cahaya, angin, dan… ah lebih baik ditonton sendiri saja supaya ada sensasi kagetnya. Kalau saya beri tahu semua sekarang, nanti tidak seru lagi 🙂
Nah, mengingat durasi film yang kebanyakan di antara satu setengah hingga dua jam, maka jika kalian memutuskan menonton film di teater 4Dx3D, pastikan kalian tidak punya motion sickness yang parah ya, karena menurut saya efeknya lumayan terasa walaupun tidak separah wahana-wahana ekstrim di taman bermain. Untuk ibu hamil, hmm sebetulnya tidak ada peringatan tertulis bahwa ibu hamil dilarang menonton di teater 4Dx3D (mohon dibetulkan jika saya salah), tapi kalau saya pribadi sepertinya lebih tidak dulu, karena seringan-ringannya, ibu-ibu bisa saja muntah atau pusing. Bersabar saja dulu ya, ibu-ibu 🙂
Apakah teater 4Dx3D ini worth the splurge? Menurut saya menonton di 4Dx3D ini lebih berfungsi sebagai refreshing daripada menikmati cerita dari filmnya sendiri. Jika saya menonton film FB ini untuk pertama kalinya di 4Dx3D, bisa jadi ada detail cerita atau film yang terlewat oleh saya. Karena kebetulan ini adalah kedua kalinya saya menonton film yang sama, maka kali ini saya lebih fokus di menikmati efeknya daripada di cerita filmnya sendiri. Lalu, untuk film lain yang tidak terlalu saya gemari seperti layaknya film FB ini, sepertinya 3D atau bahkan 2D saja sudah cukup bagi saya. Dan, kalau pun di lain waktu saya menonton di 4Dx3D untuk film lain lagi, saya rasa saya sudah dapat menduga efek apa yang akan terjadi untuk adegan-adegan yang ditampilkan, maka efek kagetnya sudah berbeda dengan saat menonton di 4Dx3D untuk pertama kalinya.
Nah, apakah teman-teman tertarik menonton film di 4Dx3D? Kalau iya, film apa yang menjadi wish list teman-teman untuk bisa ditonton dengan efek 4Dx3D? Lalu, apakah teman-teman penggemar berat Harry Potter seperti saya? Kalau iya, bagaimana tanggapan teman-teman untuk cerita FB di film keduanya ini? Coba ceritakan di kolom komentar di bawah ya! Eh tapi kalau teman-teman ada yang takut baca spoiler, lebih baik jangan baca komentar dulu sebelum menonton filmnya.
Sampai jumpa di post selanjutnya!