Halo, teman-teman!
Hari kedua ini temanya adalah menuliskan tentang “perkataan seseorang tentang saya yg tidak pernah saya lupakan”. Waduh, baru hari kedua aja udah susah temanya >< Jujur, saya ini memiliki ingatan seperti Dory di Finding Nemo. Hehe, tidak sependek itu sih, tapi saya bukan orang yg mudah ingat hal-hal kecil atau obrolan yg hanya selintasan. Jadi susah sekali untuk saya mengingat-ingat perkataan orang tentang diri saya.
Akhirnya, setelah saya menggali-gali ke lubuk memori saya yang terdalam, saya jadi ingat suatu kejadian yg agak membekas, yg tanpa saya sadari, it shaped how I am today. Kejadian ini bukan kejadian yg cukup positif, jadi sebenarnya saya tidak ingin terjebak di nostalgia hal ini mempengaruhi sikap saya. Well, at least I’m working on it right now.
Sebagai prolog, saya bukan orang yg hobi masak. Bukan berarti saya tidak bisa masak sama sekali, saya hanya tidak merasakan kenikmatan dalam aktivitas memasak. Saya masak, ya hanya supaya suami saya bisa makan 😀 Tapi alhamdulillah, kalau masaknya sambil melihat resep, rasa masakan saya lumayan lah. Cukup untuk nambah sepiring lagi, hehe.
Suatu masa dalam hidup saya, saya masak suatu makanan. Kemudian saya mengundang beberapa orang makan bareng. Kalau diingat-ingat, itu sepertinya pertama kali saya mengundang orang makan hasil masakan saya. Berarti mestinya saya pede dong ya dengan masakan saya saat itu. Dan saya ingat juga, saya udah beberapa kali masak menu tersebut dan setiap saya masak selalu seperti itu dan perasaan saya sih makanan itu kalau dimasak ya harusnya memang kayak gitu (halah belibet).
Eh tapi nggak disangka-sangka, orang yg saya undang itu komentar seperti ini, “kok ini-nya keras sih?” di depan orang-orang. Waaa, langsung lah hancur hati saya berkeping-keping. Sejak saat itu, saya jadi trauma masak makanan itu lagi, dan saya juga trauma mengundang orang untuk makan masakan saya >< Saya yg memang sudah dasarnya nggak hobi masak, jadi makin ga pede untuk masak lagi 😦
Saya jadi teringat Rasulullah yg tidak pernah berkomentar kurang baik pada suatu makanan. Jika tidak suka, ya diam saja. Ternyata memang dampak psikologisnya lumayan yah. Saya sendiri mengalami sampai trauma hehe. Kalaupun memang ada yg kurang dan ingin memberi masukan, ada baiknya disampaikan di saat tidak ada orang lain dan juga pastinya dengan bahasa yg tidak menjatuhkan.
Yah demikianlah ceritanya. Setelah dibaca-baca lagi, jadi kayak bukan “about myself” yah, tapi lebih ke “perkataan orang yg memorable bagi saya”. Soalnya kalau yg “about myself” banget, rata-rata orang komentar yg sama tentang saya, seperti saya orangnya terencana, rapi, golongan darah O yg menjelma jadi A, dan yg semacamnya. Karena banyak yg bilang seperti itu ke saya, jadi bukan sesuatu yg hanya terjadi sekali dan teringat terus.
Semoga besok masih konsisten nulisnya. Perjalanan masih panjang! 😀