Halo!
Kali ini saya ingin membagikan cerita mengenai proses pindahan saya dari asrama kampus ke apartemen (atau apato dalam bahasa Jepang). Semoga bisa memberikan gambaran bagi penduduk baru di Jepang mengenai tahap-tahap pindahan maupun mencari apato yang tepat dan hemat ๐
Honeymoon Part 2 – 28 Maret sampai 2 April 2014
Kunjungan suami saya kali ini memang tujuan utamanya adalah membantu saya pindahan ๐ Soalnya saya nggak mau ngangkat-ngangkat barang saya yang banyak ini sendiri *manja* dan merasa agak kurang nyaman juga kalau merepotkan bapak-bapak atau mas-mas di sini ๐ Jadi lebih baik merepotkan “mas” sendiri ๐
Asrama saya sekarang ini memang cuma boleh saya tempati selama setahun, terhitung mulai 2 April 2013-31 Maret 2014. Karena itu saya terpaksa harus mencari tempat tinggal lain selepas bulan Maret kemarin. Pilihannya adalah pindah ke asrama kampus dengan tipe berbeda atau ke apato.
Memilih Antara Asrama atau Apato
Sebenarnya terdapat berbagai tipe asrama yang disediakan oleh kampus saya, seperti asrama family, asrama couple, dll. Namun yang paling mungkin saya tempati sebagai seorang singel lokal adalah asrama bertipe single ๐ Jika ingin tinggal di asrama family, tentu harus ada visa dependen dari family yang ikut tinggal bersama kita. Karena suami saya tidak tinggal di sini, saya tidak dapat apply asrama tipe ini. Asrama bertipe single sendiri ada dua jenis. Mari kita bahas secara singkat satu per satu.
Asrama tipe single yang pertama. Kamar berukuran 2×4 meter persegi, dilengkapi tempat tidur, meja belajar, kursi, dan wastafel. Tidak ada kamar mandi dan dapur dalam. Toilet luar sharing bertipe western (yang duduk, bukan jongkok tipe Jepang), hanya dilengkapi tissue pembersih. Shower bertipe koin. Maksudnya adalah, untuk dapat mandi, kita harus memasukkan koin 100 yen ke slot yang tersedia, dan air pun akan keluar selama 9 menit. Mesin cuci dan pengering baju juga bertipe koin. Dapur sharing. Biaya sewa per bulan sekitar 14000 yen. Murah bukan? ๐
Yang membuat saya tidak cenderung tinggal di sini adalah, saya tidak bisa sharing toilet >_< Saya adalah orang yang sangat parno terhadap kebersihan. Jadi saya tidak mungkin duduk di toilet yang bekas diduduki orang lain membuang hajat. Dan saya ini juga sangat Indonesia sekali yang setiap habis buang air harus membersihkan dengan air dulu baru dengan tissue. Jadi, mengingat urusan buang-membuang ini merupakan salah satu syarat kenyamanan hidup saya, saya mengeliminasi asrama ini dari pilihan.
Asrama tipe single yang kedua. Saya kurang paham ukurannya, namun kamar ini sudah lengkap dengan dapur, toilet, dan shower di dalamnya. Disediakan juga kasur, meja belajar, kursi, sebuah lemari, dan AC! Mesin cuci dan pengering baju sama dengan sebelumnya yaitu bertipe koin. Biaya sewa per bulannya kurang lebih 30000 yen.
Sebenarnya asrama ini sudah memenuhi kualifikasi kenyamanan hidup saya. Namun apa daya, asrama yang bagus memenuhi standar kenyamanan di sini hanya boleh ditempati selama setahun, sama dengan asrama yang saya tempati selama setahun kemarin. Padahal saya masih di sini insya Allah dua tahun lagi. Artinya jika saya pindah ke sini, tahun depan saya harus pidah lagi. Oh no… ๐ฆ
Baiklah dengan ini disimpulkan, saya tidak dapat pindah ke pilihan asrama mana pun yang disediakan kampus saya. Maka sudah saatnya lah saya berburu apato.
Memilih Apato
Saya sudah harus pindah pada akhir bulan Maret, maka mulai bulan Januari saya mulai bertanya-tanya pada rekan-rekan di sini yang tinggal di apato untuk membanding-bandingkan antara apato yang satu dengan yang lain. Saya pribadi memiliki requirement: ada AC, kamar mandi dalam dan dapur, kamar mandinya digabung antara toilet dan shower, dekat dengan bus stop, dengan kisaran biaya sewa per bulan di bawah 30.000 yen. Alhamdulilah, di Tsukuba memang kisaran biaya apatonya mulai dari 20.000 yen pun ada, jadi tidak susah mencari yang biayanya di bawah 30.000 yen.
Apato pertama yang saya survei memiliki semua kualifikasi di atas, dengan harga 20.000, namun ternyata tidak memiliki balkon untuk menjemur pakaian, ukurannya pun juga sangaatt kecil. Ya wajar memang dengan harga segitu ๐ Maka apato ini pun dieliminasi.
Apato kedua memiliki semua kualifikasi di atas, dengan biaya sewa 30.000 belum termasuk internet. Ukuran kamar jauh lebih besar dari apato pertama, cukup lah buat sendirian. Maka apato ini di-keep dulu ๐
Apato ketiga merupakan apato yang sudah ditinggali salah satu teman di sini. Apato ini juga memenuhi kualifikasi di atas dengan harga 27.000, ada balkon dan ada mesin cuci koin, jadi saya tidak perlu mencari mesin cuci lagi. Dan lagi, harga 27.000 ini sudah termasuk internet dan air. Ukuran kamar memang lebih kecil dari apato kedua. Namun dengan mempertimbangkan harga dan semua fasilitas yang disediakan, akhirnya saya memilih apato ini ๐
Teken Kontrak
Ternyata tidak sulit untuk teken kontrak dengan apato di Jepang. Salah satu yang menjadi kekhawatiran tentu saja uang pangkalnya ๐ฆ Memang uang pangkal untuk sewa apato di Jepang ini sangatlah mahal. Jangan dirupiahin kalau nggak mau sakit hati ๐ฆ Namun Alhamdulillah karena saat teken kontrak saya bersama teman yang jago bahasa Jepang dan teman yang sudah duluan tinggal di apato ini, saya jadi bisa menawar uang pangkalnya hingga lebih murah sampai 30.000 yen >_<
Secara umum tidak ada hal khusus yang harus disiapkan. Saya hanya diminta surat guarantor dari kampus yang harus ditandatangi profesor saya. Surat ini bertujuan sebagai penjamin agar kita tidak mangkir dari membayar apato ๐ Selebihanya saya hanya mengisi form-form yang dijelaskan oleh agen apatonya. Nah dalam proses teken kontrak dan penjelasan-penjelasan ini saya memang ditemani oleh teman yang jago bahasa Jepangnya. Saya tidak tahu apakah mereka akan berusaha menjelaskan dengan bahasa Inggris jika kita tidak bisa bahasa Jepang. Namun kalau saran saya. lebih baik bersama teman yang jago bahasa Jepang supaya tidak ada yang miskom dan kita benar-benar detail akan hal-hal yang wajib kita bayar apa, yang tidak wajib yang mana supaya dapat dieliminasi.
Pindahan!!
Pindahan adalah hal yang paling mendokusai menurut saya, karena kita harus mengepak barang-barang dengan rapi agar mudah dibawa, dan kemudian mengeluarkanya dan menatanya lagi dengan rapi -.-”
Sebenarnya saya punya suatu sifat, saya ga tahu ini positif atau negatif, yaitu terlalu attached dengan lingkungan where I used to be. Akibatnya saya jadi mellow harus meninggalkan kamar yang sudah menjadi tempat saya bernaung selama setahun ke belakang. Saking susahnya move on, saya jadi menunda-nunda packing sampai suami saya datang ๐
Berkat bantuan suami, berhasil juga saya membereskan semua barang-barang yang ada di dorm saya, kemudian mengangkutnya ke apato baru saya. Untuk mengangkutnya ini, saya meminjam mobil masjid dan disupiri oleh salah seorang rekan di sini yang punya SIM Jepang.

Ga kebayang pindahan tanpa orang satu ini >_< Makasih udah bantuin ngepakin barang, angkut-angkutin ke mobil lagi hujan-hujanan, ngeluarin lagi dari mobil dan masukin ke kamar, dan udah bantuin ngedesain dan menata kamar juga :)ใ็ฒใๆงใงใใ!!
Assalamu’alaikum Wr.
Perkenalkan nama saya Abdul Halim. Saya mau bertanya untuk biaya hidup di tsukuba per bulan sekitar berapa? 80000 yen masih memungkinkan tidak? Saya rencana bulan april 2015 research student di university of tsukuba. Uang yang kita bawa dari indonesia untuk awal sekitar berapa ya supaya aman?
Untuk keluarga, kira-kira berapa ya per bulannya?
terima kasih jawabannya.
Email: abdulhalim060189@yahoo.co.id
Wassalamu’alaikum wr.
Wa’alaykum salam wr wb
Insya Allah 80.000 yen cukup kalau untuk sendirian, Mas. Untuk awal 150.000 yen insya Allah aman.
Untuk keluarga mohon maaf saya tidak bisa memperkirakan, Mas. Mas mau di-add ke grup fb PPI sini supaya bisa nanya2 lebih banyak?
terima kasih bantuannya mbak. untuk sementara jangan dulu deh. takutnya gak jadi. ๐