Mungkin kita sudah sering mendengar bahwa orang Jepang jarang sekali yang bisa bicara bahasa Inggris dengan lancar. Atau kalaupun bisa, terkadang pengucapan mereka begitu sulit ditangkap oleh telinga kita. Bahkan tak hanya itu, dari pengalaman saya hidup di sini, kebanyakan dari mereka bahkan tidak mau berbicara bahasa Inggris. Yes, “tidak mau”, bukan “tidak bisa”. Mereka cenderung menghindar jika bertemu orang asing yang bertanya dalam bahasa Inggris. Memang ini bukan generalisasi, tidak semua orang Jepang seperti ini. Namun sebagian besar fenomena seperti inilah yang terjadi berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya hidup di sini selama 9 bulan. Hanya mereka-mereka yang pernah keluar negeri atau belum pernah keluar negeri namun memiliki keinginan kuat untuk lancar berbahasa Inggrislah yang (paling tidak) mencoba berbicara dalam bahasa Inggris (walaupun dengan pronunciation khas Jepang-nya).
Mengenai pronunciation ini, ternyata kita tak bisa serta-merta menyalahkan orang Jepang secara individu dengan mengatakan mereka yang kurang berusaha. Di Jepang, cara belajar pengucapan kosa kata bahasa Inggris adalah dengan mengubahnya menjadi huruf katakana dengan mencari bunyi yang mirip dengan bunyi aslinya. Sebagai contoh kata “thank you”, dalam katakana akan menjadi “san-kyu”, karena tidak ada huruf katakana yang dapat mewakili “th” lebih mirip selain “s”. Contoh lain “door”, menjadi “do-a”. Hal ini disebabkan orang Inggris jika menyebut “door” agak-agak seperti “do~a~” tanpa akhiran “r” di belakangnya. Jadi “do-a~”. Dan masih banyak contoh lainnya.
Mengapa belajar bahasa Inggris harus dicarikan padanan pengucapannya dalam katakana? Saya menyadari sebabnya ketika beberapa waktu lalu ikut kegiatan volunteer membimbing anak-anak kecil mengikuti camping. Seperti layaknya ketika kita masih kecil diajari huruf alfabet A, B, C oleh orang tua kita, hal pertama yang diajarkan kepada anak-anak Jepang dalam sistem baca dan tulis adalah hiragana dan katakana. Terbukti, sebagian besar anak-anak yang saya bimbing (kebanyakan di bawah kelas 3 SD) belum bisa baca alfabet A, B, C, dst padahal hiragana dan katakana sudah hafal. Hiragana dan katakana adalah huruf pertama yang mereka kenal, sebelum mengenal penulisan romawi. Inilah yang menyebabkan ketika mereka belajar bahasa Inggris, cara membaca kosa katanya direpresentasikan dengan katakana. Maka jangan heran akan susah sekali memahami bahasa Inggris orang Jepang yang murni hanya belajar bahasa Inggris di Jepang dengan sistem katakana tadi.
Lalu, berkaitan dengan judul postingan ini, di manakah letak kesamaannya dengan lidah orang Indonesia?
Kesadaran akan kesamaan ini sebenarnya juga baru saja saya dapatkan setelah saya tinggal di Jepang ini.
Alhamdulillah di dekat tempat tinggal saya terdapat sebuah masjid yang dikelola oleh saudara-saudari kami dari negara-negara Arab (Saudi Arabia, Tunisia, Suriah, dkk). Kami kerap mengikuti kegiatan yang diadakan di masjid, seperti shalat tarawih dan ied berjamaah, ifthar bersama, kajian tafsir Qur’an, dan juga tahsin bacaan Qur’an.
Sebenarnya dari waktu SMA (di Madrasah) dan kuliah saya sudah sering mendapatkan materi tahsin Qur’an. Namun tidak langsung dari native speaker-nya sendiri atau dari orang Indonesia yang pernah tinggal di Arab lama sehingga pronunciation bahasa Arabnya sudah seperti native. Ketika mengikuti tahsin di masjid inilah pertama kali saya diajarkan oleh native bahasa Arab dan kebetulan juga pengajar kami ini sangat strict. Dan ternyata, masih banyak bacaan saya yang selama ini salah. Bukan, bukan tanda baca atau tajwid, melainkan makhrajul huruf >_<
Saya baru tau ada satu huruf yang selama ini saya tidak tahu kalau itu salah, namun ternyata salah >_< Ia adalah huruf ‘ain. Selama 20-an tahun hidup saya, saya membaca ‘ain seperti pada umumnya orang Indonesia membaca ‘ain, yaitu seperti ada udara masuk ke tenggorokan. Ternyata yang benar adalah, bukan udaranya masuk, melainkan dikeluarkan dari tenggorokan seperti orang mau muntah (seperti inilah penjelasa sister di masjid tsb). Ketika itu, kami semua yang hadir ikut tahsin benar-benar disuruh berulang-ulang membaca si ‘ain sampai benar >_<
Tidak dapat dipungkiri bukan, ketika kecil, bagaimana kita belajar huruf hijaiyah? Yaitu dengan mencarikan padanannya dalam huruf alfabet, seperti a, ba, ta, tsa, jim, dst. Dan terdapat huruf-huruf yang dituliskan menjadi kho, ro, shod, dhod, tho, zho. Apakah benar membacanya seperti itu? Tentu tidak. Belajar bahasa Arab atau membaca Al Qur’an yang benar adalah dengan mengetahui makharajul huruf atau tempat keluarnya bunyi dari huruf tersebut, dan bagaimana memproduksi huruf tersebut dari mulut kita.
Saya benar-benar bersyukur dipertemukan dengan sister-sister dari Arab tersebut dan mendapat pengalaman belajar ngaji gratis dengan mereka. Saya tidak menyangka dapat bertemu dengan mereka justru di negara minoritas Islam seperti Jepang ini. Memang rejeki dari Allah itu bisa muncul kapan saja dan di mana saja ya π Dan saya mensyukuri juga kesempatan hidup dan tinggal di luar negeri ini, benar-benar membuka pikiran dan wawasan saya, sehingga saya tidak lagi menilai suatu hal dari satu sudut pandang saja π
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Terjemah Q.S. 55 : 55)
kalo aku ga kenal kho, ro, shod, dhod, tho, zho; belajarnya kha, ra, shad, dhad, tha, zha π
hehe iya itu juga bisa kak Reisha. tapi tetep aja dibacanya bukan kha, ra, shad, dst seperti kita membaca huruf ‘a’ dalam bahasa Indonesia π IMHO, rasanya tetap kurang bijaksana meng-alfabet-kan huruf-huruf hijaiyah karena bisa jadi tidak tepat seperti suara aslinya π
Hi…. salam kenal!
Aku ketemu blog mbak (boleh ya manggilnya gini) waktu cari tau ttg org indo yang ada di TSukuba. Aku keterima di Tsukuba dan rencananya masuk bulan April. Tapi… karena ga tau daerah Tsukuba, jadi agak khawatir.
Soal asrama, apato dll. Kalau mbak bisa bagi2 info ttg daerah sana, tertolong banget.
Email aku ; miteirufuukei@yahoo.co.jp
Trims
Thanks banget ya atas sharing nya di blog ini… saya akan baca semua postingan di blog ini kayaknya… hehehe…. kalau boleh, kirimkan email kosong aja ke alamat email saya siapa tahu kita bisa jadi sahabat pena… π
hehe makasih mba udah mau baca blog saya π
semoga saya bisa terus membuat tulisan yang mermanfaat π
Great explanation. Trima kasih banyak, sangat membantu sy dlm mengerjakan thesis yg membahas ttg pronounciation org Jepang π
Alhamdulillah..sama2 π Terima kasih sudah mampir