Hikmah Sepotong Tangan

Kemarin tiba-tiba saya merasa bahu kiri saya agak sakit setiap saya menggerakkan tangan. Seperti terkilir. Kayaknya ada engsel yang tergeser, mungkin waktu tidur sempat tertindih oleh badan saya. Tapi sampai siang sakitnya tidak seberapa.

Sore pukul setengah 5 saya punya jadwal aerobik. Ya sudah, saya pikir mungkin jika digerak-gerakkan sedikit, engselnya bisa kembali ke tempat semula. Saya pun aerobik dengan bersemangat seperti biasa.

Tapi ternyata setelah aerobik, sakitnya malah semakin parah. Saat mengangkat tangan dan mengangkat barang rasanya sakit sekali. Akhirnya ibu saya pun memanggil tukang pijat yang tinggal tak jauh dari rumah. Namanya Bu Maya. Saat dipijat oleh Bu Maya rasanya benar-benar sakit. Ini pertama kalinya saya pijat karena terkilir dan rasanya benar-benar sakit tak tertahankan, terutama saat menyentuh pusat rasa sakit yang di bahu kiri tersebut.

Setelah dipijat, saya sudah dapat menggerakkan tangan dengan normal lagi tanpa merasa sakit. Tapi malamnya, tiba-tiba tangan saya bengkak dan timbul banyak lebam-lebam bekas pijatan Bu Maya. Kata ibu saya itu namanya njarem kalau bahasa jawa, atau singkal kalau bahasa banjar. Ternyata kata bibi yang kerja di rumah yang sudah pernah dipijat Bu Maya, memang seperti itu kalau habis dipijat. Tapi nanti rasanya enak kalau sudah sembuh. Katanya rasa sakitnya bisa bertahan sampai seminggu 😦

Sekarang tangan saya masih sakit, tapi bukan sakit seperti terkilir, tapi sakit karena bengkak dan bekas dipijat. Saya jadi susah mengenakan pakaian, tapi Alhamdulillah masih bisa memakai sendiri tanpa bantuan orang, namun butuh waktu sangat lama saat mandi dan berganti baju. Semua hal yang tadinya bisa saya lakukan dengan sekejap, sekarang harus saya lakukan pelan-pelan karena rasanya sakit sekali. Tapi sekali lagi, masih alhamdulillah yang sakit tangan kiri, bukan tangan kanan.

Saat saya mengetik postingan ini, tangan kanan saya harus mengangkat tangan kiri saya agar letaknya sejajar dengan keyboard, karena susah sekali menggerakkan tangan kiri secara otomatis. Tapi sekali lagi saya bersyukur, saya sakit ini saat masih di Indonesia. Gimana coba kalo saya sakit waktu di Jepang. Mana ada tukang urut? Mana ada orang tua yang memberikan perhatian? 😦

Gara-gara sakit ini, saya jadi benar-benar menyadari bahwa saya membutuhkan dua tangan ini dengan normal. Saya jadi menyadari bahwa selama ini kurang bersyukur sama pemberian Allah yang luar biasa ini. Bahkan saya tidak menyadari bahwa kesehatan ini begitu berharga. Sehari yg lalu saya sehat wal ‘afiat, tiba-tiba sekarang ‘hanya’ gara-gara satu tangan tidak berfungsi normal, semua kegiatan saya langsung terhambat. Saya baru sadar kalau saya kurang bersyukur akhir-akhir ini dan lebih banyak mengeluh akan hal-hal sepele.

Terkadang Ia menguji kita dengan kesakitan, supaya kita menyadari, ada begitu banyak yang sudah Ia berikan kepada kita yang patut kita syukuri.

Hanya berharap semoga sakit ini dapat menjadi penggugur dosa yang telah lalu.. Astaghfirullah…

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”. (QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: