Trip to KL-Singapore Day #3 : Naik ke Skybridge Twin Tower Percuma ke?

Setelah kemarin ke Twin Tower untuk hunting foto dengan night view, pagi ini kami berencana ke Twin Tower (dan juga KL Tower) untuk hunting foto day view. Sebenernya judulnya aja sih “hunting foto”. Isinya sih cuma narsis-narsisan sama 2 bangunan (atau menara?) iconic punya Malaysia ini πŸ˜€

Rencananya jam 08.00 kami akan memulai perjalanan hari ini. Dan karena waktu check out adalah jam 11.00, sedangkan kami akan jalan-jalan seharian lagi, kami harus check out sebelum berangkat jalan-jalan. Ketika check out, kami meminta ijin untuk menitipkan barang-barang di hotel untuk diambil nanti sore. Sebenarnya hotel kami ini tidak menyediakan penitipan barang seperti layaknya hostel. Namun karena pemiliknya baik, jadi kami diijinkan menitip barang.

IMG_4641

Tujuan pertama hari ini adalah ke Twin Tower untuk naik ke Sky Bridge-nya. Denger dari teman yang tahun lalu ke sini, serta ulasan-ulasan di blog orang-orang, untuk naik ke Sky Bridge ini gratis, namun harus antre untuk mengambil tiket pagi-pagi sekali karena antrean sangat panjang. Jadilah pagi itu kami naik taksi ke Twin Tower.

Twin Tower (lagi)

Sampai di Twin Tower kami langsung mencari satpam untuk bertanya di mana bisa antre tiket Sky Bridge. Satpam pertama yang kami temui adalah yang lagi berjaga di pintu depan KLCC Suria Mall. Selain bertanya tempat, saya juga sekalian memastikan apakah benar gratis seperti yang saya dengar.

Pertama-tama saya bertanya dengan polosnya menggunakan bahasa Indonesia gaul, “Naiknya gratis kan?” Pak satpamnya bengong denger pertanyaan saya, hingga saya tersadar bahwa saya bukan lagi di Indonesia. Lalu saya ubah kalimatnya jadi lebih formal, “Untuk naik ke sky bridge gratis ya, pak?” Eh si bapaknya masih bengong ga ngerti sambil berusaha mendengarkan ucapan saya. Lalu saya jadi teringat bahwa “gratis” itu bukan “gratis” dalam bahasa Melayu, melainkan “percuma” (mungkin sama dengan “cuma-cuma” kalau di bahasa Indonesia). Akhirnya saya pun bertanya, “Naik ke Skybridge Twin Tower percuma ke?” Kata “ke” saya tambahkan gara-gara sering dengar orang Malaysia kalo bertanya, akhirannya diberi “ke” (sama dengan “kah” kalo di bahasa Indonesia).

Nah baru deh si bapak ngerti. Eh tapi jawabannya cukup membuat kaget. Kata beliau, untuk naik ke sky bridge harus bayar RM 80!! Lalu saya bilang bahwa saya dengar dari teman bahwa naik sky bridge gratis. Trus kata si bapak, itu cuma gratis hingga 2 tahun lalu, jadi sudah 2 tahun belakangan ini memang bayar RM 80. Oalaahh, batal deh liat pemandangan KL dari ketinggian 😦

Ya syudah, akhirnya kami berfoto-foto saja dengan day view-nya twin tower ini.

IMG_4659

Setelah dari Twin Tower, kami hendak ke KL Tower untuk foto-foto dari dekat juga. Liat di peta, kayaknya lokasi KL Tower dan Twin Tower ini deket. Untuk meminimalisasi naik taksi (karena ga ada angkot lho di KL), kami pun jalan kaki saja. Daaann, ini kejadiannya sama persis dengan pencarian Twin Tower semalam πŸ˜€ Sudah jalan 30 menit kok ga sampe-sampe? Padahal puncak menaranya kelihatan. Haha πŸ˜€ Dan ternyata ga sedekat yang terlihat di peta. Kami berjalan kaki sekitar 45 menit baru akhirnya sampai.

KL Tower

Dari gerbang masuk KL Tower hingga ke Tower-nya sendiri ternyata masih harus naik lagi dengan berjalan kaki 15 menit. Karena sudah kelelahan, kami memilih menunggu free shuttle yang datang setiap beberapa menit sekali. Sambil menunggu kami berkenalan dengan supir taksi yang lagi menunggu calon penumpang di pos satpam. Ternyata supir taksi tersebut blasteran Indonesia-Singapore dan lahir di Malaysia lalu tinggal di sini (KL) hingga sekarang. Supir taksi itu pun bertanya dari sini kami hendak ke mana. Kami bilang hendak ke Batu Caves. Ia pun menawarkan naik taksinya dia dengan bayaran RM 30. Wah, mahal sekali. Kami pun menolak dengan halus.

Beberapa menit kemudian free shuttle pun datang. Kami pun naik, dan perjalanan ke atas hanya memakan waktu 5 menit.

Sampai di atas, ternyata tidak ada spot untuk foto-foto dari depannya seperti di Twin Tower. Selain itu, cahaya mataharinya juga tidak tepat menyorot ke wajah kami sehingga berkali-kali kami menghasilkan foto yang gelap. Alhasil kami kesulitan mencari spot yang paling tepat secara posisi dengan KL Tower-nya, maupun dengan pencahayaannya. Ini foto terbaik yang berhasil diperoleh πŸ˜›

IMG_4719

Nah kalo di KL Tower ini untuk naik ke atasnya memang bayar sekitar RM 30-an. Kami lagi-lagi memilih untuk tidak naik. Pokoknya tempat wisata yang kami datangi yang gratis-gratis saja. Hehe. Tapi kalo mau naik, banyak ulasan yang menyebutkan bahwa di atas KL Tower cukup menyenangkan karena ada restoran dan toko cinderamata. Silakan dicoba!

Batu Caves

Sekitar 30 menit kami habiskan untuk berfoto-foto di sini. Kami menumpang free shuttle untuk turun ke bawah lagi. Di bawah, kami berpamitan dengan supir taksi yang baik tadi untuk melanjutkan perjalanan ke Batu Caves.

Keluar dari KL Tower, kami mencari stasiun LRT terdekat untuk menuju ke KL Sentral. Berdasarkan informasi dari teman, untuk ke Batu Caves, kami harus naik KTM dari KL Sentral sampai stasiun Gombak lalu lanjut ke Batu Caves dengan taksi. Stasiun LRT terdekat dengan KL Tower adalah stasiun Dang Wangi, karena agak bingung dan sudah kelelahan, kami pun naik taksi ke stasiun ini. Ternyata kalo naik taksi terasa sangat dekat. Sebentar saja sudah sampai.

DiΒ stasiun Dang Wangi kami membeli tiket LRT ke KL Sentral yang berbentuk seperti token di mesin otomatis. Harga tiketnya murah, hanya RM 1,6 per orang. Sampai KL Sentral, kami mencari KTM yang ke stasiun Gombak. Tanpa diduga, ternyata malah ada KTM yang sampai ke stasiun Batu Caves. Kami pun membeli tiket KTM tersebut yang harganya cuma RM 2 per orang! Jadi total dari KL Tower ke Batu Caves kami cuma menghabiskan RM 3,6. Untung kami ga setuju untuk naik taksi yang berharga RM 30 tadi -_-”

Pukul 11.00 kami naik KTM ke Batu Caves. Perjalanan cukup jauh, alhamdulillah sepanjang perjalanan bisa melihat-lihat pemandangan KL mulai dari pemandangan kota metropolitannya, hingga berangsur-angsur ke pinggir kota dan pemandangan pedesaan yang masih alami. Sebenarnya masih lebih indah di Indonesia sih, tapi tetap saja senang melihat pemandangan negara lain dari kereta yang sangat nyaman πŸ™‚

Sekitar 10 menit kemudian, tiba-tiba hujan deras turun. Wah saya cuma bisa berharap di Batu Caves-nya ga hujan, semoga hujannya di KL saja. Perjalanan ini memakan waktu 30 menit. Ternyata hingga stasiun terakhir yaitu stasiun Batu Caves, hujan tetap turun, bahkan makin deras. Sesampainya di sana, kami bersama semua penumpang turun (karena ini stasiun terakhir). Namun kami tidak dapat langsung ke spot wisatanya karena hujan begitu deras. Jadi kami semua berteduh di stasiun.

Sambil menunggu hujan reda, kami berkenalan dengan seorang turis, perempuan muda berjilbab dari Indonesia. Kalo saya tebak, usianya mungkin hanya 2 atau 3 tahun di atas saya. Dia jalan-jalan sendirian di Malaysia dan ternyata dia berasal dari Bandung! Akhirnya kami mengajaknya untuk bergabung bersama kami.

15 menit kemudian hujan pun reda. Kami pun bergerak ke tempat wisatanya, yaitu kuil Hindu yang ada patung salah satu dewanya umat Hindu (saya lupa namanya siapa) yang terbesar di dunia. Istimewanya lagi, selain kuil “biasa” yang terletak tak jauh dari stasiun, ada juga kuil yang terletak di gua (inilah asal mula nama Batu Caves alias gua batu), dan guanya ini berada di ketinggian sekitar 200 anak tangga (bener ga ya?). Ini fotonya

IMG_4741

Setelah berfoto-foto di bawah, kami bertiga pun mencoba menyusuri tangga-tangga itu hingga ke atas. Dalam perjalanan naik, di kiri-kanan gua terdapat beberapa batu yang dipahat jadi patung dewa-dewa. Saya bingung itu orangnya berdiri di mana ya pas memahat batunya >_< Atau naik apa buat naroh patungnya di situ. Memang luar biasa sekali membayangkan apa yang dapat manusia lakukan dengan keterbatasan yang ada pada zaman dahulu.

IMG_4759
Di tengah-tengah anak tangga

Sampai di atas, lumayan capek juga, tapi worth it πŸ˜€ Pemandangan guanya bener-bener alami. Apalagi karena abis hujan, jadi basah-basah sisa hujannya masih ada, lalu dari atas “atap” gua yang bolong, cahaya matahari cerah menyelinap menerangi sekeliling gua. Ditingkahi dengan asap dupa dari sebuah acara yang sedang berlangsung di kuil tersebut, serta wanita hindu India dengan pakaian sarinya, benar-benar sebuah pemandangan eksotis yang langka πŸ™‚

Saat itu sepertinya ada upacara doa bagi seorang anak kecil. Mungkin mirip aqiqahan kalo bagi umat Islam, tapi bedanya, anak ini sudah cukup besar. Mungkin berumur sekitar 2 tahun. Saat kami di sini, kami melihat anak itu dibawa dengan tandu dari bawah hingga atas sini. Aduh, apa ga takut ngegelinding ya tu anak >_<

Kami tidak lama berada di sini karena tidak terlalu paham dengan upacaranya dan tidak ada guide yang bisa menjelaskan. Mungkin kalau ada guide jadi lebih menarik ya. Setelah puas berkeliling gua dan berfoto-foto, kami pun turun kembali.

Sesampainya di bawah, kami merasa agak lapar. Di sekitar kuil banyak sekali restoran India, tapi India Hindu, bukan India Islam. Karena kami tidak yakin dengan kehalalan makanannya, kami tidak berani makan di sana. Akhirnya kami ke minimarket yang ada di situ dan membeli cemilan serta minuman kotak yang ada label halal Malaysia-nya.

Kami pun kembali ke stasiun untuk naik KTM lagi ke KL Sentral. Kebetulan teteh tadi mau ke Central Market. Kami yang sudah hapal jalan ke sana pun memberi tahu bagaimana cara ke sana dan kami memutuskan naik kereta bersama hingga KL Sentral, lalu berpisah di KL Sentral. Kami pun membeli tiket seharga RM 2 lagi dan masuk ke KTM yang lagi ngetem. Karena stasiun ini merupakan stasiun pertama kalo dari arah Batu Caves ke KL Sentral, KTM menunggu beberapa menit sebelum berangkat.

Saat sudah masuk KTM, saya memeriksa barang-barang karena merasa ada yang kurang. Ternyata saya melupakan payung saya! Saya pun teringat bahwa terakhir memegang payung ini saat membayar makanan di mini market. Karena payung ini sangat berharga buat saya (belinya di Jepang dan harganya supermahal >_<) saya dan Nisa pun keluar lagi dari KTM untuk mengambil payung saya. Kami pun berpisah dengan teteh itu dalam keadaan panik (saya sih yang panik, haha).

Saya pun berlari keluar stasiun menuju mini market. Deket sih, tapi tetep aja saya lari-lari karena takut diambil orang (payungnya lucu soalnya). Dalam hati berdoa, semoga payung itu masih menjadi rejeki saya ya, Allah. Sampai di mini market, Alhamdulillah, payungnya masih ada di tempat saya meninggalkannya >_<

Kembali ke stasiun, sudah ada KTM lain yang sedang ngetem. Kami pun langsung naik, dan karena kelelahan, kami tertidur sepanjang perjalanan ke KL Sentral. Alhamdulillah ga kelewatan πŸ˜€

Stasiun KL Sentral

Sampai di stasiun KL Sentral sudah pukul 14.00. Kami pun mencari mushola untuk solat. Alhamdulillah musholanya luas dan nyaman. Ber-AC, dipisah mushola ikhwan dan akhwat, tempat wudhunya juga tertutup. Jadi kami sekalian beristirahat di sini, membenahi pakaian dan jilbab yang sudah acak-acakan tidak karuan terkena hujan dan keringat karena berlari-lari dan naik 200 anak tangga tadi πŸ˜€

Hari ini spot-spot wisata yang kami rencanakan sudah kami datangi semua, padahal waktu masih menunjukkan pukul 15.00, masih terlalu siang untuk kembali ke hotel, mengambil barang, lalu ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS) untuk menunggu bus ke Sg nanti malam. Namun, ada satu hal yang belum kesampaian, yaitu merasakan kuliner asli Malaysia, yaitu nasi lemak dan laksa. Setelah berpikir-pikir, kami memutuskan menghabiskan sore ini di mall saja, supaya nyaman dan bisa mendapatkan makanan yang proper. Mall yang kami pilih adalah Berjaya Times Square (BTS).

Berjaya Times Square

Setelah bertanya dengan mbak2 penjaga loket tiket, untuk menuju BTS ternyata bukan dengan naik KTM, melainkan monorail. Wah makin salut saja sama pemerintah KL, semua mode transportasinya sudah seperti di negara maju saja. Indonesia kalah jauh >_<

Stasiun monorail berada di luar stasiun KL Sentral. Dari KL Sentral terdapat petunjuk yang sangat jelas bagaimana cara ke stasiun monorail, jadi tidak perlu khawatir. Dari stasiun monorail di dekat KL Sentral ini (lupa nama stasiunnya), kami harus turun di stasiun Imbi yang sudah terhubung langsung dengan bagian dalam mall.

Penghubung stasiun dengan bagian dalam mall adalah sebuah lorong ber-AC. Di sepanjang lorong ini juga banyak yang menjual makanan, minuman, dan pakaian. Tak disangka, saya menemukan kios makanan Thailand yang menjual mango rice, makanan khas Thailand yang rencananya akan saya coba pertama kali saat ke Thailand suatu saat nanti. Karena sudah sangat lapar, saya pun membeli mango rice tersebut sebagai cemilan.

Apa sih mango rice? “Rice” yang dimaksud di sini adalah ketan. Jadi intinya makan mangga manis dan ketan, dicampur dengan santan manis. Seperti ini penampakannya

Mango rice
Mango rice

Ternyata rasanya enak sekali, tidak terlalu manis, bertekstur, pas untuk cemilan sore-sore πŸ™‚ Ketan yang warna hijau itu menggunakan pewarna daun pandan (semoga bukan pewarna pakaian kayak di reportase investigasi >_<), tapi memang dari bau dan rasanya seperti daun pandan dan warnanya tidak mencolok.

Sampai BTS, kami mencari restoran khas Malaysia. Ada banyak restoran yang tampak menarik (namanya juga mall), namun yang kami pilih adalah restoran bernama “Wawan” yang benar-benar menjual makanan khas Malaysia. Btw, nama restorannya kayak nama orang Jawa ya πŸ˜€

Nisa memesan Nasi Lemak (alias nasi uduk :P) dan teh tarik, sedangkan saya memesan Mie Laksa Ikan Asam dan ice sirup mutiara (ini namanya ga seperti ini sebenarnya, tapi saya lupa, jadi saya kasih nama sendiri :D). Ini makanannya

Nasi Lemak
Nasi Lemak
Mie Laksa
Mie Laksa

Dua makanan di atas enak sekali dan worth it dengan harganya (harga mall, bok! :P). Nasi lemaknya ya rasanya seperti nasi uduk, ayam gorengnya bumbunya meresap sampe dagingnya, renyah, kulit krispi, daging lembut. Kering teri dan kacangnya rasanya mirip dengan yang di Indonesia, agak pedas. Sambalnya tidak terlalu pedas.

Sedangkan mie laksa rasanya asam-pedas, sangat menyegarkan. Ikannya seperti ikan masak asam khas Kalimantan Selatan, kalo pada pernah nyobain. Makan ini panas-panas beneran bikin keringetan >_< Dan setelah sekian lama rasanya makin pedas, jadi ga bisa cepet-cepet makannya. Untungnya restorannya cozy, mas-masnya good looking dan ramah-ramah πŸ˜› jadi kami sekalian santai-santai di sini.

Selesai makan, kami keliling-keliling mall saja sampai menjelang maghrib. Kalau secara isi mall, mungkin mirip dengan BSM kalau di Bandung, bedanya ini ada 12 lantai! Capek juga ngelilingin mall ini >_<

Pukul 17.45 kami memutuskan kembali ke hotel untuk mengambil barang, lalu menuju ke TBS. Dari BTS ke Pudu, kami harus naik monoral ke stasiun Hang Tuah. Di stasiun ini kami ganti naik KTM jalur Ampang (Ampang Line) turun di stasiun Pudu, lalu sambung naik bus RapidKL turun di terminal Pudu Sentral.

Sampai di hotel kami bertanya adakah kemungkinan untuk menumpang mandi sebelum pergi (soalnya badan rasanya udah lengket semua setelah seharian berjalan-jalan). Alhamdulillah, Kak Syarifah memang sangat baik, kami dibolehkan menumpang mandi di kamar mandi luar. Selesai mandi, kami pun berpamitan dengan Kak Syarifah dan bapak pemilik hotel. Tak lupa kami memberikan oleh-oleh dari Indonesia, yaitu Amplang Iwake dari Balikpapan dan Keripik Karuhun dari Bandung πŸ˜€

Bus Transnasional

Dari Pudu Sentral ke TBS kami menumpang bus RapidKL yang berangkat pada pukul 21.00. Bus ini tidak dinaiki dari terminal Pudu Sentral, melainkan harus keleuar lewat pintu keluar terminal, di situ ada banyak bus RapidKL yang ngetem, nanti tinggal tanya sama petugas di situ, bus mana yang menuju TBS.

Pukul 21.00 bus berangkat dan sampai di TBS pukul 21.15. Sesampainya di TBS, kami beristirahat saja, santai-santai, tidur-tiduran menunggu pukul 23.59, waktu bus kami berangkat ke Sg.

Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, dari Malaysia ke Singapore kami menumpang Bus Transnasional. Pukul 23.50 bus kami datang, kami menaikkan barang-barang, dan naik ke bus. Ternyata, isi bus ini hanya 7 orang! Padahal kapasitasnya sekitar 45 orang dengan proporsi 1 kursi di kolom sebelah kiri dan 2 kursi di kolom sebelah kanan, 15 baris ke belakang (kalau ga salah). Busnya cukup nyaman mengingat harganya yang jauh lebih murah daripada bus FiveStar (seperti sudah diceritakan di postingan sebelumnya).

Ada bagusnya juga ternyata isi bus sedikit. Tadinya saya pikir saya bisa tidur nyenyak dan bangun-bangun sudah sampai Sg. Ternyata sekitar pukul 02.30 saya terbangun karena bus berhenti di rest area. Saya pun turun membeli sarapan untuk besok pagi. Tak disangka, mas-mas penjualnya berasal dari Bandung. Haha.

Kembali ke bus, tak berapa lama kemudian (sekitar pukul 03.30) kami kembali dibangunkan untuk cap imigrasi keluar negara Malaysia. Balik ke bus lagi, saya tertidur lagi dan terbangun saat bus melewati jembatan penyebrangan dari Malaysia ke Johor Baru. Sampai Johor Baru, kami harus turun lagi untuk cap imigrasi masuk negara Singapore dan pemeriksaan barang-barang. Di sini saya merasakan untungnya isi bus cuma 7 orang. Bayangkan kalo bus penuh, ngantrenya pasti lama sekali.

Welcome to Singapore

Menurut ulasan di internet, perjalanan KL-Sg sekitar 6 jam. Tanpa diduga, pukul 04.30 kami sudah sampai Sg, tepatnya kami diturunkan di Beach Road. Mungkin yang menyebabkan perjalanan 6 jam adalah jika penumpangnya banyak, sehingga antre cap imigrasi lebih lama.

Kata teman saya, dari Beach Road ke hostel kami di jalan kubor sangat dekat, bisa dengan berjalan kaki. Namun dia menyarankan kami untuk ke Masjid Sultan terlebih dahulu untuk solat subuh. Masjid Sultan ini juga terletak sangat dekat dengan hostel kami. Kami pun bertanya kepada supir kami jalan menuju Masjid Sultan. Alhamdulillah supirnya tahu. Kami pun berjalan kaki ke sana.

Saat ini masih sangat gelap, sama seperti pukul 03.30 WIB. Tadinya saya tidak merasa takut karena ini di Sg, negara yg ckup aman. Ternyata, saat melewati sebuah bank, di depannya ada beberapa orang yang tampaknya habis mabuk-mabukan. Salah seorang cewek di antara mereka muntah >_< Kami pun mempercepat langkah kami.

Saat memasuki sebuah jalan kecil (mungkin sekecil Jalan Ganesha depan ITB), tiba-tiba ada seorang bapak teriak-teriak, “Hey you, it’s my territory, you have to pay! You can’t pass if you don’t pay!” Kira-kira seperti itu kata-katanya. Wah kami tidak berani menoleh. Makin lama suara bapak-bapak itu makin dekat. Kami benar-benar mengira dia berbicara pada kami. Alhamdulillah, saat melewati kami, dia tetap berteriak-teriak namun tidak menoleh ke arah kami sama sekali, dan ternyata dia menaiki semacam becak. Entah dia berbicara dengan siapa, sepertinya dia juga mabuk >_<

Tak jauh, tiba-tiba terlihat plang nama ABC Hostel. Kami pun memutuskan ke sana dulu untuk menitip barang, baru ke masjid. Dan memang masjidnya sangat dekat dengan hostel.

Kami pun solat subuh pada pukul 05.30, lalu tertidur. Zzzzz….

*****

Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Singapore. Ini rincian itinerary kami di hari terakhir di KL:

  • 08.00 Β  Β  Twin Tower
  • 09.00 Β  Β  KL Tower
  • 10.00 Β  Β  Naik taksi ke stasiun Dang Wangi, naik LRT ke KL Sentral
  • 11.00 Β  Β  Β Naik KTM ke Batu Caves
  • 11.30 Β  Β  Β Sampai Batu Caves
  • 13.30 Β  Β  Β Kembali dari Batu Caves ke KL Sentral naik KTM
  • 14.00 Β  Β  Sampai KL Sentral, solat
  • 14.30 Β  Β  Ke BTS naik monorail turun di stasiun Imbi
  • 15.15 Β  Β  Β Sampai BTS, makan, jalan-jalan
  • 17.45 Β  Β  Naik monorail ke Hang Tuah, turun, ganti KTM ke stasiun Pudu, turun, naik bus RapidKL sampai Pudu Sentral
  • 18.00 Β  Β  Sampai hotel, numpang mandi, ambil barang
  • 19.45 Β  Β  Ke Pudu Sentral, solat maghrib-isya jamak, naik bus RapidKL ke TBS
  • 21.00 Β  Β  Bus RapidKL berangkat ke TBS
  • 21.15 Β  Β  Β Sampai TBS
  • 23.50 Β  Β  Bus Transnasional datang, naik bus
  • 04.30 Β  Β  Sampai Singapore
Advertisement

11 thoughts on “Trip to KL-Singapore Day #3 : Naik ke Skybridge Twin Tower Percuma ke?

  1. salam dri malaysia….tbs itu bkan mall tpi terminal bas..hehehe….dan johor bahru itu di malaysia…bila smpai ke imegresyen singapore itu ialah woodland di singapore..hehe

    1. Terima kasih sudah berkunjungγ€€οΌšοΌ‰
      Saya tidak bilang TBS itu mall, tapi BTS atau Berjaya Times Square yang saya bilang mall. Dan iya, Johor Bahru memang di Malaysia, tapi di sana (seingat saya) kami melakukan cek imigrasi masuk ke Singapore.
      Salam.

  2. Slmt pagi,,saya intan dari Bali. Saya mau minta saran, kira-kira makanan apa yg enak dan murah di Kuala Lumpur? Rencananya bln Juli nanti saya ingin berlibur ke KL. Mohon infonya ya kk ^^

    1. Pagi, Intan πŸ™‚ Maaf baru balas komennya.
      Kalau Intan tidak memiliki batasan dalam makanan, bisa coba ke Petaling Street dan Jalan Alor. Di sini murah-murah semua dan recommended, tapi kebanyakan chinese food. Ada juga masakan india. Tapi kalau kamu ada batasan dalam makanan, rasanya Petaling street dan Jalan Alor kurang recommended karena makanan halalnya sangat sedikit.
      Selamat jalan2! πŸ™‚

  3. Ttrus kalau cari makanan halalnya terbnyk dmn.?oh ya hotel yg di pudu kondisi dan mknnannya gmn ?

    1. Seharusnya sih di Malaysia lebih banyak ya, tapi ternyata di Singapore pun juga banyak kok makanan yg berlogo halal, jd tidak usah khawatir. Yang harus khawatir mungkin kalau jajanan street food, pastikan saja tidak dimasak bersama dgn makanan non halal.

      Kondisi hotel di pudu, ukuran kamar dan kamar mandi memang agak kecil, tapi sangat nyaman kok. Sarapan paginya juga lumayan, ada roti, telur rebus, berbagai macam selai, serta teh dan kopi. Namun lokasi sekitarnya nampaknya banyak warga non-muslimnya, sehingga cukup banyak restoran yg menjual makanan non halal. Tapi di luar itu, saya dan sepupu saya cukup nyaman tinggal di hotelnya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: